Saya tidak tahu persis sejarah Gedong Tua di jalan margonda ini, yang saat ini telah  menjadi kafe elit di kawasan Mal Margo City. Cuma sedikit dengar dari  cerita-cerita orang tua kami dulu, kebetulan saya adalah keturunan asli dari pendiri kampung tersebut, berdasarkan dari cerita yang saya dapat dari para orang tua dan cerita masyarakat setempat, gedung  ini adalah milik salah seorang tuan tanah belanda waktu itu, dan pernah di gunakan untuk sekolah (Sekolah Rakyat) bagi penduduk lokal. Konon pada waktu itu sistem belajar mengajar belum menggunakan buku tapi menggunakan semacam keramik hitam dengan alat tulis batu kapur. Setiap anak yang ikut  belajar akan di bagikan roti setelahnya. Seiring waktu gedung ini di beli oleh saudagar china saat eksodus penduduk china dari tanjung priok waktu itu.Komplek gedung ini juga di gunakan sebagai pusat irigasi , yang di peruntukan untuk sawah-sawah penduduk sekitar. Di depan gedung ini dulu ada sebuah tanggul yang mirip setu lengkap dengan pintu air dan pengatur debit air. Di bawah gedong tersebut juga ada sebuah terowongan irigasi sampai tembus ke perkampungan.

Bagi anak-anak sekitar, gedung tua ini merupakan bagian cerita hidup mereka termasuk saya. Waktu saya masih seumur sekolah dasar tempat ini adalah tempat kami bermain, memancing sambil mencari buah karet untuk di ambil bijinya, dengan resiko dikejar anjing penjaga gedung. Ketika musim penghujan tanggul setu ini akan di penuhi ikan, pun ketika musim kering biasanya para warga setempat akan menguras air di kubangan untuk berpesta ikan. Bagi anak-anak seumuran saya waktu itu, tidak ada yang berani masuk atau mendekati gedung itu, di samping harus berhadapan dengan  anjing penjaga gedung, kami juga harus berpikir dua kali  untuk masuk ke tempat itu, mungkin karena cerita mistis dan mitos yang beredar di masyarakat setempat , yang sudah pasti membuat bulu kuduk merinding. Beberapa cerita mitos yang berkembang adalah penampakan sinyo perempuan di sekitar situ dan rombongan tentara belanda dengan bunyi sepatu lars yang khas. Serta cerita mengenai penghuni pohon asam yang menyeramkan , konon pohon asam yang berada di taman gedung tersebut tidak bisa di tebang, (seingat saya pohon asamnya masih ada sampai saat ini).

Saat menginjak usia remaja, kami baru berani masuk ke komplek gedung tua tersebut. Bentuk dan ruangan gedung tersebut mungkin masih sama seperti sekarang, seingat saya di beranda depan dan ruang tamu dulu ada furniture tempo dulu, berciri khas eropa, sedangkan setiap kamar ada set tempat tidur tua. Agak kebelakang terdapat beberapa kamar mandi kecil dengan design tempo dulu, lengkap dengan kran air tua.Di sebelah kiri bangunan yang masih menempel dengan gedung utama ada beberapa ruangan atau kamar dan kamar mandi terpisah yang di peruntukan bagi pembantu.Sedangkan bagian belakang gedung terdapat semacam ruang keluarga seperti aula tanpa furniture, yang langsung berhadapan dengan halaman belakang, kalau di lihat desain mirip rumah depan betawi dengan ukiran campuran betawi dan cina.Sekitar gedung terdapat pohon pala,delima dan pohon buah yang kalo matang warnanya hitam (rasanya manis agak sepat, saya lupa namanya).

Lebih belakang lagi Ada 2 Komplek pemakaman , yang pertama komplek pemakaman cina dengan design khas di hiasi beberapa patung singa yang besar,ada 2 bangunan makam yang besar. Mungkin itu leluhur saudagar cina. Yang kedua komplek pemakaman biasa, ada beberapa makam di situ. Yang merupakan makam para pembantu disitu. Di komplek makam ini di kelilingi pohon karet, dan pohon lain seperti durian, dan rambutan. Saat judi togel masih populer tempat ini banyak di jadikan pencari wangsit.

Demikian sekelumit cerita mengenai gedung tua di margonda dan masa kecil saya.